Jalin Keakraban Masyarakat Melalui Anyaman Pandan

Jalin Keakraban Masyarakat Melalui Anyaman Pandan

Jalin Keakraban Masyarakat Melalui Anyaman Pandan

KODIM 0709/KEBUMEN – Kerajian anyaman dari daun pandan menjadi salah satu produk unggulan yang dimiliki Desa Kenteng Kec. Sempor Kab. Kebumen yang terletak di Dukuh Grigak. Kerajinan anyaman tersebut diproduksi oleh para ibu rumah tangga setelah mendapat pelatihan dari Dinas Perindutrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kabupaten Kebumen pada 2008 lalu.

Bati Tuud Sempor Serma Priyo Susanto bersama Babinsanya Serda Risman Rohadi melaksanakan kunjungan sekaligus anjangsana dan meninjau lebih dekat perkembangan industri rumahan yang ada di Dukuh Grigak Desa Kenteng, Kamis (18/6/15).

Anyaman pandan tersebut dapat dibentuk berbagai jenis anyaman seperti tikar, alas sejadah, topi, tas tempat penyimpanan koran hingga dompet dibuat dari daun pandan yang banyak tumbuh di desa setempat, produk yang paling banyak diminati adalah jenis tas ukuran besar,” kata Ibu Fatimah ketua kelompok paguyuban Pandansari Desa Kenteng.

Ia juga menyebutkan jika mayoritas warga khususnya para ibu di Desa Kenteng dari dulu merupakan pengrajin dari hasil alam seperti tikar pandan. “Kami mencoba memanfaatkan hasil alam yang ada di desa kami seperti daun pandan yang memang banyak tumbuh disini, dan kemampuan para ibu-ibu desa kami dalam membuat anyaman juga tidak lepas dari faktor turunan dari orang tua yang memang sudah menjadi pengrajin anyaman pandan sejak dulu,” jelas Ibu Fatimah, yang memilki 25 anggota paguyuban Pandansari.

Baca juga   Patroli Wilayah Binaan, Babinsa Madureso Gelar Komsos dan Pantau Ketersediaan Beras

Pembuatan anyaman dari daun pandan sendiri cukup rumit. Menurut Mulyani salah satu anggota paguyuban Pandansari Desa Kenteng, proses pembuatan anyaman sendiri membutuhkan waktu setidaknya 4 sampai 5 hari.

“Daun pandan yang sudah dipisahkan dari pelepahnya dengan cara penyiringan dan dipotong kecil-kecil, untuk proses ini kami memerlukan waktu 1 hari. Kemudian daun tersebut kami rebus selama satu jam lalu ditiriskan dengan air dingin dan didiamkan selam satu hari. Setelah itu, dijemur dan dipepes lagi agar daun lembek sehingga mudah untuk dianyam. Tahap berikutnya, setelah jadi barang tersebut diberi warna dengan zat pewarna makanan dan diolesi minyak sayur agar dalam proses pengeringannya warna tersebut tidak pudar lalu direbus kembali,” beber Mulyani (40).

Produk-produk yang dihasilkan ini dijual dengan harga bervariasi. Untuk jenis Tikar ukuran besar dihargai Rp. 100.000,-, tikar ukuran kecil Rp. 75.000,-, Box Koran Rp. 150.000,-, Tas besar alus Rp. 100.000,-, tas besar biasa Rp. 50.000, sampai Rp. 80.000- dan dompet dilepas kepasaran dengan harga Rp. 25.000.