Kodim 0709/Kebumen Peringatan Hari Pahlawan di Ponpes Al Hidayah
KODIM 0709/KEBUMEN, Bertempat di Pondok Pesantren Al Hidayah Kebumen digelar kegiatan peringatan Hari Pahlawan ke-70, yang dihadiri oleh ratusan para santri dan Kiyai pengasuh Ponpes setempat, Kamis (12/11/15).
Dalam sambutannya Kepala Staf Kodim 0709/Kebumen Mayor Arm E. Supardjo yang hadir secara pribadi mewakili Komandan Kodim, mengatakan, Munculnya hari pahlawan, kota pahlawan, dan peristiwa 10 November serta para pahlawan yang gugur adalah bagian dari Roh Resolusi Jihad yang ditiupkan oleh para Kiyai dan Santri. Dengan resolusi jihad berdampak pada dua hal penting terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.
Pertama, Dampak Politik, lahirnya resolusi jihad, secara politik meneguhkan kedaulatan Indonesia sebagai negara (nation state) yang merdeka dari penjajahan. Meski setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Indonesia selalu berdarah-darah untuk mengahadapi masuknya tentara sekutu, agresi militer belanda pertama dan kedua.
Kedua, Dampak Militer. Resolusi jihad, dengan tampilnya laskar Hizbullah dan Sabilillah, berkontribusi besar melahirkan Tentara Nasional. Tanpa laskar-laskar tersebut, yang terkomando dalam resolusi jihad untuk mempertahankan kemerdekaan, rekrutmen tentara nasional akan mengalami kesulitan.
Resolusi jihad NU telah mengobarkan jiwa dan raga para pejuangnya. Namun sampai hari ini, banyak generasi bangsa yang tidak mengenal tragedi bersejarah tersebut. Hal ini dikarenakan, para sejarawan nasional, atas kepentingan penguasa tidak mencatat resolusi jihad NU dalam tinta emas sejarah.
Oleh karena itu, sudah saatnya sejarah harus berbicara jujur, untuk mengajarkan kepada generasi bangsa bahwa resolusi jihad NU adalah pengorbanan yang besar dari para Kiyai dan Santri yang setia, dan mencintai tanah airnya. Orang-orang pesantren selalu meyakini hadits rasullah bahwa cinta tanah air adalah sebagian dari iman.
Seiring berkembangnya zaman dan merebaknya teknologi modern, keberadaan pesantren semakin ditinggalkan. Padahal dari pesantrenlah muncul generasi-generasi muda islam sebagai calon-calon ulama dan penyebar syari’at islam di tengah-tengah masyarakat. Menurut pergeseran pandangan masyarakat sekarang ini, mereka berpandangan bahwa mencari ilmu bisa didapat dari kitab-kitab terjemah ataupun lewat media internet. Pandangan mereka diperparah dengan ambisi dunia atau penguatan ekonomi dibanding mencari ilmu di pesantren. Hal inilah yang menjadikan generasi islam masa depan menjadi semakin suram. Dan akibat dari pergeseran pandangan masyarakat tentang pesantren itulah yang menjadikan timbulnya bermacam-macam kasus di kalangan remaja dan pemuda. Maka, pandangan masyarakat yang mengatakan “kalau anak saya mondok, nanti mau kerja apa” adalah salah besar dan perlu diluruskan.
Karena, pesantren bukan tempat mendidik mencari kerja atau memudahkan mendapat pekerjaan. Pesantren adalah ladang atau tempat mendidik kemandirian dalam hidup dan tempat mencetak generasi islam yang berilmu dan berakhlak mulia. Rasulullah pernah bersabda, “barangsiapa yang menginginkan kebahagian dunia hendaklah dengan ilmu, barangsiapa yang menginginkan kebahagiaan akhirat
Hendaklah dengan ilmu dan barangsiapa menginginkan kebahagiaan dunia dan akhirat hendaklah dengan ilmu”. Jadi, sudah jelas bahwa pesantren merupakan sarana dalam meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Gambaran diatas merupakan suatu peran serta tanggung jawab seorang santri, dalam hal pengembangan sosial masyarakat. Di situlah diperlukan suatu mentalitas religius serta totalitas kesadaran, karena kaum santrilah yang dapat dijadikan harapan dalam mengembalikan konsep-konsep ajaran islam.
Sebab, secara tidak langsung santri adalah generasi penerus perjuangan para ulama sekaligus pewaris para nabi dalam mensyi’arkan dan meneruskan ajaran-ajaran islam, baik dengan dakwah Bil-lisan (dengan ucapan/ceramah), dakwah Bil-kitabah (dengan karya/tulisan) maupun dakwah Bil-hal (dengan akhlak/perilaku). Maka, sudah seharusnya para santri dapat merealisasikan ilmu-ilmu yang didapat dari pesantren yang pernah disinggahinya.
Untuk itu, kepada para generasi bangsa, mahasiswa, akademisi (sejarawan), santri, warga dan pengurus NU dari berbagai level, agar bangsa ini bisa menghargai jasa pahlawan yang telah mengorbankan jiwa raga nya, demi terwujud kemerdekaan yang hakiki dari tangan penjajah. Dengan demikian, bangsa ini tidak seperti kata pepatah “air susu di balas air tubah”. paparnya.